Kamis, 13 Agustus 2009

SMK NEGERI 1 BUNGORO GERAH JALAN SANTAI

DALAM RANGKA MEMERIAHKAN HARI ULANG TAHUN RI Ke 64 tanggal 17 Agustus 2009, SMK negeri 1 bungoro beserta seluruh jajarannya insya Allah akan melakukan gerak jalan santai dengan jumlah peserta sekitar 1.200 orang terdiri dari guru dan siswa; akan menempuh jarak kurang lebih km berputur diperumahan bungoro indah lama sampai ke jlejang

Sabtu, 01 Agustus 2009

MAKALAH

PERANAN PENDIDIKAN KELUARGA, SEKOLAH DAN MASYARAKAT

OLEH

MUH. NURDIN B.

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2009



MEMAHAMI DASAR-DASAR PENDIDIKAN

1. Pentingnya memahami dasar-dasar pendidikan sebagai sebagai mahasiswa manajemen pendidikan adalah

1.1. Untuk memahami konsep dasar pendidikan, yang meliputi: pengertian pendidikan, tujuan pendidikan, fungsi pendidikan dan faktor-faktor yang terlibat dalam kegiatan pendidikan.

1.2. Untuk memahami dan mengetahui fungsi dan peran lembaga pendidikan yang meliputi, pendidikan informal, formal dan nonformal;

1.3. Untuk menetahui sejarah pendidikan mulai dari asal mula timbulnya pendidikan sampai pada pendidikan yang akan datang sesuai dengan perkembangan pendidikan baik nasional maupun internasional;

1.4. Untuk mengetahui landasan dan falsafah pendidikan, yang meliputi landasan filosofi pendidikan, landasan psikologis pendidikan, dan landasan sosiologis pendidikan;

1.5. Untuk mengetahui sistem penyelenggaraan pendidikan meliputi input, proses, output dan outkam dalam pendidikan

1.6. Untuk dapat memahami kaitan dasar-dasar pendidikan kaitannya dengan manajemen yang orientasi pemahamannya mengarah pada bagaimana mengelola pendidikan.

1.7. Sebagai pengetahuan dasar dalam mempelajari proses pendidikan dan manajemen pendidikan selanjtnya.

2. Konsep pendidikan Pengertian, hakikat, defenisi, fungsi, tujuan

2.1. Pengertian Pendidikan

2.1.1. Secara etimologi, Kata pendidikan menurut etimologi berasal darikata dasar didik.Apabila diberi awalan me,menjadi mendidik makaakan membentuk kata kerja yang berarti memelihara dan memberi latihan(ajaran). Sedangkan bila berbentuk kata benda akan menjadi pendidikanyang memiliki arti proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorangatau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upayapengajaran dan latihan.

2.1.2. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

2.1.3. Menurut para ahli:

2.1.3.1. S.A.Branata, dkk : Pendidikan ialah usaha yang sengaja diadakan, baik langsung maupun dengan cara tidak langsung, untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaannya.

2.1.3.2. Rousseau : Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.

2.1.3.3. Ki Hajar Dewantara : Mendidik ialah menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

2.1.4. Mendidik dan pendidikan adalah dua hal yang saling berhubungan. Dari segi bahasa, mendidik ialah kata kerja, pendidikan adalah kata benda. Kalau kita mendidik, kita melakukan suatu kegiatan atau tindakan. Kegiatan mendidik menunjukkan adanya yang mendidik disatu pihak dan yang dididik dilain pihak. Dengan kata lain, mendidik adalah suatu kegiatan yang mengandung komunikasi antara dua orang manusia atau lebih.

2.2. Hakekat Pendidikan

Ketika kita mencari suatu hakekat maka kita akan mulai menyelami sebuah ontologi dalam filsafat. Dalam membicarakan pendidikan maka kita akan mengenal filsafat pendidikan yang dalam pembicaraan tentang filsafat pendidikan tidak dapat dilepaskan dari gagasan kita tentang manusia . Mencari hakekat pendidikan adalah menelusuri manusia itu sendiri sebagai bagaian pendidikan.
Melihat pendidikan dan prosesnya kepada manusia, sebetulnya pendidikan itu sendiri adalah sebagai suatu proses kemanusiaan dan pemanusiaan. Istilah kemanusiaan secara leksikal bermakna sifat-sifat manusia, berperilaku selayaknya perilaku normal manusia, atau bertindak dalam logika berpikir sebagai manusia. Pemanusiaan secara leksikal bermakna proses menjadikan manusia agar memeliki rasa kemanusiaan, menjadi manusia dewasa, manusia dalam makna seutuhnya. Artinya dia menjadi riil manusia yang mampu menjalankan tugas pokok dan fungsinya secara penuh sebagai manusia . Tugas pokok dan fungsi tersebut adalah sebagai mandataris Tuhan (khalifatullah fi al-Ardhi).
Sedangkan menurut Freire hakekat pendidikan adalah membebaskan. Freire mendobrak bahwa pendidikan haruslah mencermati realitas sosial. Pendidikan tidaklah dibatasi oleh metode dan tekhnik pengajaran bagi anak didik. Pendidikan untuk kebebasan ini tidak hanya sekedar dengan menggunakan proyektor dan kecanggihan sarana tekhnologi lainnya yang ditawarkan seseuatu kepada peserta didik yang berasal dari latar belakang apapun. Namun sebagai sebuah praksis sosial, pendidikan berupaya memberikan bantuan membebaskan manusia di dalam kehidupan objektif dari penindasan yang mencekik mereka . Hal senada juga di ungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara, bahwa pendidikan seharusnya memerdekakan, YB. Mangunwijaya yang beranggapan pendidikan haruslah berbasis realitas sosial.
Kata Latin untuk mendidik adalah educare yang berarti menarik keluar dari, dan ini boleh diartikan usaha pemuliaan. Kata educare memberi arah kepada pemuliaan manusia, atau pembentukan manusia . Dalam pengertian sederhana secara leksikal education (pendidikan) adalah suatu proses pembebasan untuk membuat manusia lebih manusiawi. Manusiawi berarti manusia yang lebih mulia, yang keluar dari ketertindasan dan kebodohan.

2.3. Definisi Pendidikan

2.3.1. Definisi awan, Pendidikan adalha suatu cara untuk mengembangkan keterampilan, kebiasaan, sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi warga negara yang baik

2.3.2. Menurut Kamus Besar Bahasa Indinesia, Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata lalku seseorang atau kelompok orang diusaha mendeawaskan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan

2.3.3. UU Sisdiknas No. 2 tahun 1989, Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,dan.latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang

2.3.4. Ki Hajar Dewantara, Pendidikan adalah segala daya uapaya untuk memajukan budi pekerti, fikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup

2.4. Fungsi Pendidikan

Pendidikan mempunyai fungsi untuk mengadakan perubahan sosial mempunyai fungsi (1) melakukan reproduksi budaya, (2) difusi budaya, (3) mengembangkan analisis kultural terhadap kelembagaan-kelembagaan tradisional, (4) melakukan perubahan-perubahan atau modifikasi tingkat ekonomi sosial tradisional, dan (5) melakukan perubahan-perubahan yang lebih mendasar terhadap institusi-institusi tradisional yang telah ketinggalan

.Sekolah berfungsi sebagai reproduksi budaya menempatkan sekolah sebagai pusat penelitian dan pengembangan. Fungsi semacam ini merupakan fungsi pada perguruan tinggi. Pada sekolah-sekolah yang lebih rendah, fungsi ini tidak setinggi pada tingkat pendidikan tinggi

.Pada masa-masa proses industrialisasi dan modernisasi pendidikan telah mengajarkan nilai-nilai serta kebiasaan-kebiasaan baru, seperti orientasi ekonomi, orientasi kemandirian, mekanisme kompetisi sehat, sikap kerja keras, kesadaran akan kehidupan keluarga kecil, di mana nilai-nilai tersebut semuanya sangat diperlukan bagi pembangunan ekonomi sosial suatu bangsa. Usaha-usaha sekolah untuk mengajarkan sistem nilai dan perspektif ilmiah dan rasional sebagai lawan dan nilai-nilai dan pandangan hidup lama, pasrah dan menyerah pada nasib, ketiadaan keberanian menanggung resiko, semua itu telah diajarkan oleh sekolah sekolah sejak proses modernisasi dari perubahan sosial Dengan menggunakan cara-cara berpikir ilmiah, cara-cara analisis dan pertimbangan-pertimbangan rasional serta kemampuan evaluasi yang kritis orang akan cenderung berpikir objektif dan lebih berhasil dalam menguasai alam sekitarnya.

Lembaga-lembaga pendidikan disamping berfungsi sebagai penghasil nilai-nilai budaya baru juga berfungsi penghasil nilai-nilai budaya baru juga berfungsi sebagai difusi budaya (cultural diffission). Kebijaksanaan-kebijaksanaan sosial yang kemudian diambil tentu berdasarkan pada hasil budaya dan difusi budaya. Sekolah-sekolah tersebut bukan hanya menyebarkan penemuan-penemuan dan informasi-informasi baru tetapi juga menanamkan sikap-sikap, nilai-nilai dan pandangan hidup baru yang semuanya itu dapat memberikan kemudahan-kemudahan serta memberikan dorongan bagi terjadinya perubahan sosial yang berkelanjutan.
Fungsi pendidikan dalam perubahan sosial dalam rangka meningkatkan kemampuan analisis kritis berperan untuk menanamkan keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai baru tentang cara berpikir manusia. Pendidikan dalam era abad modern telah berhasil menciptakan generasi baru dengan daya kreasi dan kemampuan berpikir kritis, sikap tidak mudah menyerah pada situasi yang ada dan diganti dengan sikap yang tanggap terhadap perubahan. Cara-cara berpikir dan sikap-sikap tersebut akan melepaskan diri dari ketergantungan dan kebiasaan berlindung pada orang lain, terutama pada mereka yang berkuasa. Pendidikan ini terutama diarahkan untuk mempenoleh kemerdekaan politik, sosial dan ekonomi, seperti yang diajukan oleh Paulo Friere. Dalam banyak negara terutama negara-negara yang sudah maju, pendidikan orang dewasa telah dikembangkan sedemikian rupa sehingga masalah kemampuan kritis ini telah berlangsung dengan sangat intensif. Pendidikan semacam itu telah berhasil membuka mata masyarakat terutama didaerah pedesaan dalam penerapan teknologi maju dan penyebaran penemuan baru lainnya.
Pengaruh dan upaya pengembangan berpikir kritis dapat memberikan modifikasi (perubahan) hierarki sosial ekonomi. Oleh karena itu pengembangan berpikir knitis bukan saja efektif dalam pengembangan pnibadi seperti sikap berpikir kritis, juga berpengaruh terhadap penghargaan masyarakat akan nilai-nilai manusiawi, perjuangan ke arah persamaan hak-hak baik politik, sosial maupun ekonomi. Bila dalam masyarakat tradisional lembaga-lembaga ekonomi dan sosial didominasi oleh kaum bangsawan dan golongan elite yang berkuasa, maka dengan semakin pesatnya proses modernisasi tatanan-tatanan sosial ekonomi dan politik tersebut diatur dengan pertimbangan dan penalaran-penalaran yang rasional. Oleh karena itu timbullah lembaga-lembaga ekonomi, sosial dan politik yang berasaskan keadilan, pemerataan dan persamaan. Adanya strata sosial dapat terjadi sepanjang diperoleh melalui cara-cara objektif dan keterbukaan, misalnya dalam bentuk mobilitas vertikal yang kompetitif.

2.5. Tujuan Pendidikan

Secara bahasa tujuan adalah arah, haluan, jurusan, maksud . Suatu contoh adalah ketika orangtua menyekolahkan anaknya agar menjadi cerdas dan berakhlaq, maka tujuan dia mendidik anaknya ke sekolah adalah untuk hal tersebut. Dalam skala yang lebih besar pendidikan diatur oleh pemerintah baik sistem maupun managemennya. Di indonesia berdasarkan undang-undang nomor 2 tahun 1989 disebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan mannusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan,kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan .
Contoh lain tujuan pendidikan yang dipegang oleh negara adalah konsep tujuan pendidikan di Amerika yang di keluarkan pada tahun 1989 juga. Mereka menggunakan, konsep "clear, concise, target" untuk menyusun tujuan pendidikan mereka. Dalam konsep ini adalah bahwa tujuan pendidikan itu harus jelas, ada kontroling dalam pelaksanaannya serta hasil yang akan dicapai dalam waktu tertentu. Ide tentang hal ini sebelumnya sudah dikritik sekali oleh Ivan Illich, dengan ide “de-sekolah-isasi masyarakat” , karena pendidikan di Amerika telah mengharuskan sekolah menjadi satu-satunya tempat belajar dan hanya kebanyakan melahirkan output akademik dengan biaya yang sangat mahal. Dalam bertahan hidup seseorang harus belajar dimanapun dan kapanpun dan tidak harus dalam kerangkeng bangku sekolah. Karena itulah Illich mengusulkan untuk bebas dari sekolah formal.

Pendidikan dimanapun dan kapanpun pada esensinya adalah sama.Hal ini di ungkapakan oleh Robert Maynard Hutchins yaitu bahwa

Satu tujuan pendidikan adalah mengeluarkan unsur-unsur kemanusiaan yang sama dalam diri kita. Unsur unsur itu pada dasranya tidak berbeda meski tempat dan waktunya berlain-lainan. Jadi, anggapan bahwa manusia harus dididik untuk hidup di tempat atau di zaman tertentu, menyesuaikan manusia dengan lingkungan tertentu, adalah gagasan asing dan tidak sesuai dengan konsepsi pendidikan sejati.

Pendidikan mengisyaratkan pengajaran. Pengajaran mengisyaratkan pengetahuan. pengetahuan adalah kebenaran. Kebenaran, dimanapun, kapanpun, sama saja

Pendidikan dapat dikatakan berhasil jika sudah mempunyai tujuan-tujuan yang jelas dan ditempuh dengan tindakan-tindakan yang jelas pula. Kalau boleh bicara jujur, sebenarnya pendidikan di Indonesia ini masih dapat dikatakan belum berhasil. Terbukti dengan semakin tingginya angka pengangguran di setiap tahunnya . Pada Tahun 2005 BPS mennjukkan bahwa pengangguran lulusan Perguruan Tinggi adalah 385.418, yaitu posisi kedua setelah lulusan SMA . Pada survey bulan Agustus 2007 menunjukkan kenaikan menjadi 963.779 .
Bila kita kembali kepada hakekat pendidikan maka pendidikan pada esensinya juga bertujuan untuk membantu manusia menemukan hakekat kemanusiaannya. Proses humanisasi ini adalah –meminjam istilah Freire- pembebasan. Pembebasan manusia dari belenggu stuktur sosila, hegemoni kekasaan, cara pikir yang salah, doktrin tertentu dan sebagainya

Hakekat dan tujuan pendidikan islam

Pada abad ke-20 ada suatu pemberontakkan kepada Tuhan. Dimana pernyataan Darwin bahwa manusia adalah anak-anak dari monyet, bukan ciptaan Tuhan. Sigmund Freud yang menuhankan akal dan Nietzsche yaang mengatakan bahwa Tuhan telah mati . Pernyataan ini adalah pertanyaan apakah Tuhan telah gagal ataukah ada kesalahan dalam pendidikan terutama pendidikan agama?
Dalam Islam hakikat manusia adalah makhluq ciptaan Allah. Sedang menurut tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah (adz-Dzrariyat:56).

Imam Al-Gazali (w.1111 M) sebagaimana disimpulkan oleh Fathiyah Hasan Sulaiman, pada dasarnya mengemukakan dua tujuan pokok pendidikan Islam: (1) untuk mencapai kesempurnaan manusia dalam mendekatkan diri kepada Tuhan; dan (2) sekaligus untuk mencapai kesempurnaan hidup manusia dalam menjalani hidup dan penghidupannya guna mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Mengutip Sayyid Quth, bahwa sessunnguhnya tujuan pendidikan adalah untuk mewujudkan manusia yang yang baik (al-insan al-shalih) yang sudah pasti bersifat universal dan sudah pasti di akui semua orang dan semua aliran tanpa memperosalkan di mana pun negerinya dan apapun agamanya . Banyak sekali sebetulnya apa yang dikemukakanoleh para ahli muslim tapi kesemuanya pada esensinya sama dengan di atas. Selain itu bahwa pendidikan itu juga untuk menyempurnakan akhlaq manusia.


3. Setting Pendidikan (Tripusat Pendidikan)

Aspek/Sudut Pandang

Keluarga

Sekolah

Masyarakat

Tujuan

  1. Membentuk anak menjadi manusia yang sehat, cerdas, patuh terhadap perintah agama, patuh terhadap norma keluarga, bertanggung jawab terhadap keluarga
  2. Didalam keluarga akan terbentuk pendidikan moral. Keteladanan orng tua didalam bertutur kata dan berprilaku sehari-hari akan menjadi wahana pendidikan moral bagi anak didalam keluarga tersebut, guna membentuk manusia susila.

1. Mencerdaskan kehidupan bangsa

2. Mengembangkan mannusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,

3. Memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta

4. Rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan

5. Cerdas dan berakhlaq

Melalui pendidikan dimasyarakat anak akan dibekali dengan penalaran, keterampilan dan sikap makarya, sering juga pendidikan dimasyarakat ini dijadikan upaya mengoptimalkan perkembangan diri

Sasaran (peserta)

Budi pekerti, keterampilan keluarga, agama, norma, tata karma dalam keluarga.

Kognitif, apektif dan psikomotor

( pengetahuan, sikap dan keterampilan)

Norma-norma atau nilai-nilai social budaya

Isi/Materi

1. Pembinaan Akidah dan Akhlak

2. Pembinaan Intelektual

3. Pembinaan Kepribadian dan Sosial

1. Pendidikan Agama

2. Pendidikan Moral

3. Pendidikan Keterampilan

Etika dan norma social budaya serta keteampilan


Metode Pembelajaran

1. Non formal

2. Keteladanan

1. Pendidikan Formal

2. Terstruktur

  1. Informal
  2. Non Formal

Kriteria keberhasilan

1. Anak menjunjung tinggi nilai moral, etika, dan sopan santun

2. Melaksanakn perintah Agama dengan baik dan benar

3. Hidup Mandiri

1. Dapat melanjutkan pendidikan kejenjang yg lebih tinggi

2. Mendapatkan pekerjaan yang layak

1. Menjadi panutran dia masyarakat

2. Berguna bagi masyarakat umum